Monday, September 25, 2006

Menulis Yuk !

“Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, ia berhak mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. dan barang siapa mengajak pada kesesatan, ia berhak memikul dosa orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.”(HR. Muslim).

Sudah lebih dari setahun ini aq menggeluti kegiatan menulis. Dengan launching tulisan pertamaku lewat blog ini. Tulisan yang masih sangat sederhana. Berawal dari melihat-lihat blog orang lain yang sepertinya seru untuk diikuti. Menulis sesuatu yang dekat dengan diri kita, mendeskripsikan kesukaaan, kehidupan, ide, opini, cita-cita dan sebagainya. Menulis apa saja. Sangat diakui dengan adanya blog semacam ini sangat bagus digunakan sebagai sarana kita dalam latihan menulis.

Sebagaimana yang kita ketahui, menulis menjadi kegiatan yang penting karena mempunyai dampak yang bagus untuk perbaikan masyarakat pada umumnya, dan ummat Islam pada khususnya. Ini tentu saja kalau tulisan yang kita buat memang dalam fungsi perbaikan, bukan sekedar menulis untuk kesenangan yang akhirnya justru akan berdampak merusak.

Menulis bisa juga kita jadikan untuk sarana dakwah dengan kelebihan menjangkau audiens yang lebih luas dalam masa yang lebih panjang. Apalagi kalau kita sudah dapat menerbitkan buku, ribuan audiens bisa kita jangkau. Bukan hanya setahun, seratus tahun kemudian pun kalau terdokumentasi dengan baik masih dapat dibaca dan dinikmati orang. Tapi tidak perlu khawatir untuk mereka dan aq tentunya yang memang belum dapat menerbitkan buku, dengan memiliki blog semacam inipun, kita juga dapat mengeksistensikan diri dalam menulis, dan InsyaAllah jangkauannya juga tidak kalah luas.

Menurut Boim lebon, ada 3 alasan mengapa orang ingin menjadi penulis. Pertama eksistensi, kedua materi, dan ketiga menyampaikan pesan. Nah, bagi yang mempunyai alasan yang ketiga, ada kabar gembira. Semoga akan membuat kita semakin bergairah dalam menulis. Mau tau apa? Ternyata tulisan atau tintanya para penulis lebih berharga dari darahnya para syuhada. Subhanallah. Hadiah terindah untuk para penulis. Kudukku merinding dan jantungku berdegup kencang ketika mendengarnya dari m'nita. Sebegitu dahsyatkah? Bukannya mengenyampingkan para syuhada yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk syahid dijalan-Nya. Mereka berperang dan kita juga berperang dengan cara kita sendiri. Perang melawan “Ghozul Fikri”. Ghozul Fikri secara istilah adalah penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal yang tidak Islami (Buku panduan keIslaman untuk remaja). Dengan catatan apa yang kita tulis itu menyeru kepada kebaikan, walaupun hanya menulis satu kata. Memang tugas yang sangat berat.

Saat ini aq tergolong dalam kategori belum bisa, belum mahir, amatir, dan sangat mengakui tidak mempunyai bakat menulis. Untuk itu aq ikut Organisasi kepenulisan. Aq memilih FLP-Ciputat (Forum Lengkar Pena Cab. Ciputat) sebagai wadah untuk aq belajar dan mengasah kemampuan nantinya. Komunitas untuk saling berbagi pengalaman, saling mengkritisi karya, saling memotivasi, dan saling memberi informasi seputar kepenulisan. Sebenarnya aq kurang pede dengan tulisanku sendiri. Apalagi setelah membaca tulisan Niah dan Dian, kedua temanku yang baru ikut FLP juga. Mereka sudah dapat menulis dengan menggunakan bahasa tingkat tinggi. Ditambah lagi, seniorku di FLP banyak yang usianya lebih muda dariku, dan bahkan sudah ada yang menerbitkan buku. Mereka sudah menjadikan kegiatan ini sedari mereka kecil. Sedangkan aq, sedari besar. Tapi yang membuatku pede lagi, yaitu kisah seorang penulis terkenal asal inggris bernama Eudora Welty, yang mengaku mulai menulis pada saat umur 40 tahun. Jika dibandingkan denganku, aq masih 17 tahun lebih dini darinya dalam hal mulai menulis. So, jangan ragu berusaha. ^-^

Mulai sekarang aq ingin intens menulis. Bukan ingin mengenyam ketenaran dan materi yang melimpah. Hanya sebatas ingin membangun etos yang baik, terutama untuk diri sendiri. Karena seperti yang kita ketahui, kegiatan menulis tidak terlepas dari kegiatan membaca, agar hasil tulisan kita nantinya berkualitas. Berusaha menulis dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Yup, BERUSAHA dan BERUSAHA. Tapi jika dua keuntungan diatas aq dapatkan, rejeki jangan ditolak Man! Alhamdulillah.

Aq senang dengan tulisan yang dapat membuatku tertawa. Karenanya aq mencoba membuat tulisan yang sama, supaya orang lain tertawa juga. Bukankah tawa itu tanda dari kebahagiaan? Alangkah senangnya bisa membuat orang lain bahagia J. Tapi tertawanya jangan terus-terusan, nanti disangka…

Kamu bisa membaca tulisanku yang lain dengan gaya nyantai en nyelon girlnya di multiply atau friendster Eit maaf, belum ada tulisannya. Insya Allah menyusul deh.

Sesudahnya aq minta maaf, jika selama ini tulisanku sebelumnya lebih banyak ngawurnya. Manusia itu selalu dalam proses belajar bukan? Semoga semakin bertambah baik.

“Yuk sama-sama belajar menulis !”.

/* semuanya...jazakallah untuk segala ilmu dan semangatnya */

Saturday, September 23, 2006

MATI LO !!!

Kira-kira 10 tahun lalu, Saat olympiade Atlanta...

Gegap gempita Olympiade Atlanta 1996 terjadi disalah satu negara bagian gembongnya teroris, AS. Indonesia turut berpartisipasi dalam pertandiangan olahraga bergengsi tingkat dunia itu dengan mengandalkan bulutangkis sebagai satu2nya cabang olahraga yang dipercayakan akan mendulang medali. Dan Alhamdulillah prestasi itu dapat diraih oleh pasangan ganda putra ricky subagdja dan Rexy mainaky. Satu Medali emas untuk Indonesia.

Permainan bulutangkis yang berasal dari negaranya Pangeran William, masih sangat berjaya pada saat itu. Utusan dari Indonesia sering menjadi juara, karena pemain tingkat dunia masih didominasi oleh pemain asia, yaitu korea selatan, china, malaysia dan pastinya indonesia. Oleh karenanya Indonesia masih mempunyai banyak kesempatan untuk menjadi juara. Berbeda dengan sekarang, para pesaing sudah semakin banyak bermunculan dari berbagai negara dibenua eropa dan amerika.

Kejayaannya sangat berdampak bagi “kegilaan” masyarakat di Indonesia. Hampir setiap saat kita selalu menemukan orang2 yang sedang bermain bulu tangkis. Permainan ini tidak termasuk dalam kategori mahal, karena hanya membutuhkan raket seadanya, settle kok seadanya, dan tempat bermain seadanya pula. Seperti masyarakat pada umumnya, aqpun ikut kecanduan. Layaknya atlet PBSI latihan, Siang malam tak menjadi penghalang untuk bermain melawan siapa saja, termasuk Adi Yoansyah, anak tetangga depan rumahku.

Ditengah gelapnya malam dan angin yang berhembus kencang, tak menggoyahkan tekad kami untuk bermain. Kamipun bermain ditengah jalan yang banyak dilalui pengguna jalan. Karenanya beberapa kali kami harus menghentikan permainan jika ada kendaraan yang akan melintas. Sangat mengganggu memang. Hal itu terpaksa kami lakukan karena didaerah kami tidak ada fasilitas tempat yang memadai untuk bermain. Tapi untuk masalah perlengkapan bermain kami tidak mau kalah, kami tetap berusaha agar permainan kali ini tetap memenuhi standarisasi pertandingan profesional tingkat dunia, dengan menggunakan raket yang sudah pada putus tali senarnya dan kok yang sudah rontok sebagian bulunya. :D

Pertandingan terjadi begitu sengit. Setidaknya menurutku. Tembakan smash bak peluru yang selalu didatangkan bertubi-tubi demi memenangkan tiap sesi pertandingan.
“Mati Lo !”
“Elo yang Mati !”
“Elo !”
“Elo Mati !”
“Elo yang Mati !”
Begitulah, berkali2 kami saling bersahutan dengan kata2 “pujangga” itu tanpa menghiraukan orang2 yang melintas.

Cieeeeeeeeet. Seorang bapak mendadak menghentikan sepedanya diantara kami. Permainanpun kami hentikan. Dengan tatapan tajam, matanya melotot menukik kearah kami. Kami diam terpaku dan saling menatap satu sama lain, tanpa berani menatap wajah bapak itu kembali. Merasa bersalah dan takut. Agak lama, suasana hening menegangkan itu terjadi. Tapi akhirnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, bapak itu berlalu mengayunkan sepedanya meninggalkan kami.

Sosok bapak itu sudah tidak terlihat lagi, menghilang disudut gelapnya malam. Lega sekali rasanya. Kami kembali saling menatap, dan… hahahahahaha tawa kami meluap-luap, cekikikan, membayangkan kembali ekspresi bapak tadi. Kenapa diantara beberapa orang yang melintas, hanya bapak itu saja yang begitu ya? Mungkin…

Setelah kejadian itu, bukannya kapok untuk tidak bersahutan menggunakan kata2 “pujangga” itu lagi, justru kami saling balas menyahut dengan semakin keras. Menanti-nanti ekspresi kemarahan dan tatapan tajam dari orang2 yang melintas berikutnya.

/* Cerita jadul saat masih error. Sekarang??? TEEETEEEP :D */