Thursday, March 23, 2006

Nasyid Unjuk Gigi di Poin Square

Baru aja kemaren diharap2. Nasyid bisa unjuk gigi dan menggigit hati para pengunjung di mal2 atau khalayak ramai. Teman2 dari LDK en KAMMI UIN Syahid langsung membuktikannya dengan mengadakan lomba nasyid se-SMU DKI Jakarta selama 2 hari. Pada hari puncaknya yaitu hari ahad 19 Maret ‘06, diadakan ceramah interaktif dan pentas nasyid yang menampilkan IZZIS, Al IZZAH, GONDES, dll. Semua rentetan acara tersebut diadakan di Poin Square Lebak Bulus.

Simbiosis mutualisme. Sama2 saling menguntungkan untuk kedua belah pihak. Tak perlu membahas lebih jauh keuntungan apa yang didapatkan untuk pihak Poin Square. Tapi yang jelas, untuk pihak penyelenggara tentunya banyak sekali keuntungan yang didapatkan. Salah satunya target untuk lebih memperkenalkan nasyid dan seni keIslaman lainnya pada khalayak umum Insya Allah telah tercapai.

Ancungin jempol untuk pihak penyelenggara . Setiap niat baik pasti ada nilainya.

Sayangnya…aq ga bisa datang, jadi…ga bisa cerita banyak deh... Tapi jangan khawatir buat yang ga sempet dateng, temen2 dari BMJ MIPA mengundang IZZIS untuk tampil kembali hari sabtu 25 Maret ’06 diteater room FST UIN. Gratis Lho!!! Buruan dateng…semarakkan nasyid diseluruh penjuru UIN. Go Nasyid go…

Sunday, March 19, 2006

Udah bener en Template baru neh...

Alhamdulillah...akhirnya ni blog bener juga. Setelah semingguan ga bisa diakses. Tapi...terpaksa templatenya diganti gitu. Soalnya aq bisa ngebenerinnya begitu doang...Males meriksain code template yang lama. Yang ada bukannya tambah bener, malahan tambah error lagi...Biarin deh, sekalian cuci mata ama yang baru :D

Thursday, March 16, 2006

Surat Untuk Guru dan Masyayikh Dakwah

Ikhwah budiman, surat ini ditulis seorang kader dakwah sebelum wafatnya guru dakwah Ustadz Rahmat Abdullah rahimullah. Dwi Fahrial, penulis surat ini, menggali keindahan memori dakwah yang ada dalam benak dan pikirannya pada masa2 yang telah lewat. Tentang kegigihan para kader dalam mempertahankan prinsip yang mereka yakini kebenarannya. Tentang sejumlah keprihatinan yang ditemukan penulisnya pada fase dakwah sekarang. Maka, surat ini pun diberi judul oleh penulisnya, “Ana rindu dengan zaman itu…”

Aq sengaja mengetik dan menyuguhkannya pada blogku kali ini. Pada saat aq membacanya di majalah da’watuna, gagal mata ini menahan linangan air mata. Karena mungkin, aqlah salah satu dari mereka yang penulis khawatirkan dan dirindukan untuk kembali. Walaupun, “zaman” itu belumlah pernah aq rasakan. Tapi…aq ingin sekali mencoba merasakan nikmatnya mengisi hari2 seperti ikhwah pada “zaman” itu…Bagaimana dengan kalian ikhwah fillah…?


ANA RINDU DENGAN ZAMAN ITU…
( Surat terbuka untuk ustadz Rahmat Abdullah yang dimuliakan Allah)

Ustadz yang dikasihi Allah…
Sudah lama ana ingin menulis surat seperti ini, untuk sekedar silaturahmi dan melepas rasa rindu karena lama tak bertemu. Awalnya ana sempat khawatir karena tidak semua orang suka dengan surat sebagai media silaturahmi. Mungkin karena keterbatasan bahasa tulis untuk mengekspresikan makna sebuah nasihat, usulan atau kritikan. Atau kadang2 suasana hati yang sedang tidak mood ketika membacanya. Akibatnya nasihat bisa dianggap muslihat, usulan seolah ingin menjatuhkan dan kritik dirasa sangat sarkastik. Akhirnya surat yang dimaksud sebagai media silaturahmi, nasihat, kritik, maupun saran itu malah berubah menjadi masalah.

Namun rasa rindu ana akhirnya mengalahkan kekhawatiran itu. Kerinduan untuk bersua, meski hanya dalam lembar2 surat ini. Semoga Ustadz bersedia membaca oretan ini dan maafkan jika ada pilihan kata yang tak berkenan.

Ustadz yang dirahmati Allah…
Sesungguhnya kerinduan ana yang lebih dahsyat lagi adalah kerinduan menikmati masa2 indah saat pertama kali mengenal dakwah bersama Ustadz. Saat ketika halaqah menjadi kebutuhan, bukan sambilan atau tempat mampir sepulang dari kantoran. Saat ketika membina adalah kewajiban bukan paksaan atau beban yang memberatkan. Anapun rindu ketika dauroh menjadi kebiasaan bukan sekedar program yang dipaksakan.

Rasanya nikmat sekali ketika hampir setiap pekan pergi kepuncak untuk mengisi dauroh. Meski ongkos ngepas dan peta yang tak jelas. Kadang kuyup pula kehujanan atau nyasar dikegelapan. Ana juga rindu saat pintu rumah diketuk ditengah malam untuk berkumpul esok paginya. Atau pergi jaulah keluar kota untuk ta’lim silaturahmi atau sekedar menjadi muajih pengganti. Begitu juga kerinduan saat merasakan kenikmatan hadir di liqo, bertemu dengan ikhwah dan memberi makanan hati dan nurani.

Ustadz…terus terang, banyak hal2 mengasyikkan yang telah hilang dari dakwah ini, dan dari diri ana tepatnya.

Ustadz yang disayangi Allah…
Satu saat dipesta walimahan seorang ikhwah belum lama ini, ana ngobrol2 dengan beberapa ikhwah yang lain. Ternyata kami merasakan hal yang sama, bahwa sudah lama kami tidak menghadiri lagi walimahan yang benar2 dipisah antara tamu ikhwan dan akhowatnya seperti “zaman” itu. Kami merasakan adanya pergeseran sikap dikalangan ikhwah. Padahal, pada “zaman” itu, para akhowat berani kabur saat walimahannya hanya karena harus duduk bersanding berdua didepan para tamu. Ada juga yang pura2 pingsan, sakit perut, kejang kaki, dan entah apa lagi yang dilakukan. Mereka hanya ingin menolak ikhtilat sebisa mereka mampu. Hebat sekali mereka. Tapi kini, ikhtilat seakan menjadi biasa saja. Jangankan pesta walimahannya, proses pernikahannya pun ada yang rada2 aneh. Ada yang ngetek jauh2 hari, ada yang memberi kriteria tapi sangat spesifik, ada yang uraian kriterianya sampai dua lembar, bahkan ada yang mengawalinya dengan proses ta’aruf sendiri. Baik telpon2an, SMS, atau bahkan bertemu langsung. Berdua, hanya berdua. Sesuatu yang sangat tidak mungkin terjadi pada “zaman” itu. Jangankan berduaan, berpapasan dijalan saja saling menjauh dan bertamu hanya dari balik pintu. Kadang lucu juga kalau ingat masa itu.

Ustadz…Ana semakin rindu pada “zaman” itu. Ketika tsiqoh pada murobi membuat kami merasa aman untuk saling terbuka. Tsiqoh membuat hubungan kami merasa nyaman dan mengasyikkan. Dengan tsiqohlah kami merajut tali ukhuwah dengan tsiqoh pula kami mempercayakan proses pernikahan kami. Seingat ana, rata2 kami memang hanya mengandalakan ketsiqohan pada murobi dalam urusan memilih pasangan. Karena kami tahu betul, bahwa murobi tidak memutuskan sendiri. Ada banyak mata dan telinga lain bersamanya. Dan yang terpenting, kami memahami bahwa murobi adalah perpanjangan tangan jama’ah dalam kedudukannya itu. Itulah modal besar kami dalam berdakwah dimarhalah dakwah keluarga.

Ustadz yang diberkahi Allah…
Ana membaca beberapa tulisan Ust. Mahfudz Sidik di majalah SAKSI tentang kekeruhan hubungan ikhwan-akhowat yang kader hingga bikin ana melongo. Temuan kaderisasi DPP tentang masalah ini semakin membuat ana nggak mengerti, apa yang sesungguhnya tengah terjadi dengan penghuni rumah besar tarbiyah ini. Masalah datang bertubi-tubi tak henti2. Menggoyang pilar2 bangunan, membuat dinding bergetar dan atapnya berderak-derak.

Bukan saja menimpa para kader muda yang gadis dan bujangnya, tapi juga menimpa para suami, para istri, para murobi bahkan para asatidznya juga. Dari mulai anak2 ustadz yang mulai ABG tapi belum juga ngaji (halaqoh), aktitivis kampus yang dilanda virus merah jambu, juga para suami yang bermasalah dengan istri2nya karena trend ta’adud, kekerasan keluarga, PIL/WIL, hingga perceraian. Ada juga yang bermasalah di liqo, rekrutmen yang lemah, pembinaan payah, sampai ada kader inti yang tidak punya binaan bahkan ada yang berbulan2 tidak hadir di liqonya. Entahlah ia menganggap liqo sebagai apa. Masalah lainnya adalah kecemburuan sebagian kader pada ikhwah kita yang menjadi aleg. Kecemburuan yang menjadi hasad, bergeser menjadi ghibah, su-udzon, iri bahkan ujungnya jadi ambisi.
Ana ingat salah satu nasihat ustadz tentang hal itu, ”…Memangnya kita tidak senang melihat kesenangan saudara kita. Yang tadinya tidak punya motor sekarang punya, yang tadinya menjadi kontraktor kini punya rumah sendiri…” Ana merasa nasihat itu mampu meredam sebagian sas-sus di kalangan ikhwah. Itulah pentingnya nasihat dan teladan dari seorang guru dan murobi seperti Ustadz. Adem rasanya.

Meski memang tidak dipungkiri, ada juga beberapa aleg yang agak berlebihan dalam mengekspresikan “syukurnya” dihadapan ikhwah yang lain. Bahkan ada pula yang memang jelas2 bermasalah.

Ustadz yang dirahmati Allah…
Ada yang bilang masalah2 itu datang sebagai konsekwensi logis dari pilihan kita sendiri. Pilihan kita ketika memasuki mihwar dakwah kelembagaan (parlemen) setelah sebelumnya berada di mihwar tandzimi dan sya’bi. “…Hiruk pikuk politik sedemikian keras menggema hingga memekakkan telinga, membutakan mata dan mematikan rasa…” Kata sebagian mereka.

Ana tidak sepakat dengan ungkapan itu, tapi menurut ana tidak juga semuanya harus ditolak.

Alhamdulillah, sebuah kebaikan dari pilihan kita itu sudah mulai kita rasakan. Cukup banyak untuk disebutkan. Satu kemenangan luar biasa dalam dunia dakwah kita. Anugerah Allah yang seharusnya disyukuri dengan sedalam-dalam keikhlasan. Meski tentu saja tanpa menutup-nutupi beberapa masalah yang timbul bersamanya. Keterbukaan tandzim, agak terabaikannya pembinaan, melemahkan maknawiyah kader dan membengkaknya pembiayaan dakwah, adalah diantara masalah2 itu. Namun ana yakin, kita tidak akan berhenti apalagi mundur karena masalah itu. Seperti Musa yang terjepit di tepi laut Merah dan kejaran tentara Fir’aun. Ana masih ingat taujih Ustadz ketika menggambarkan situasi itu dan kaitannya dengan kondisi da’I dalam menghadapi ujian. Ketakutan, kecemasan, kesempitan, siksaan dan pembunuhan menjadi selesai dengan kalimat “Inna ma’iya Robbi sayahdin…”(Sesungguhnya aku selalu bersama Rabb-ku yang akan memberiku petunjuk) Rahasianya adalah hubungan kita dengan Allah maka situasi apapun yang dihadapi ketika bersama Allah, maka akan selalu mendapat kebaikan, meski nyawa sebagai taruhannya.

Ustadz yang diberkahi Allah…
Ana masih sepakat jika ada yang mengatakan bahwa ustadz adalah simbol dakwah ini, bukan karena kultus individu, tapi lebih karena peran dan posisi ustadz dulu dan kini. Apalagi kini sebagai aleg, semakin banyak kader mengharap. Melihat contoh teladan ustadz sebagai aleg parlemen. Sampai ada yang bilang, “Kalau Ustadz Rahmat juga bermasalah di parlemen, siapa lagi yang akan kita lihat teladannya…”

Memang, ana rindu betul melihat murobi kembali jadi teladan. Teladan dalam kesigapan taat, dalam kesiapan menerima kritik, dalam kehadiran, dalam semangat tatsqif, dalam kebugaran fisik, dalam hafalan, dalam banyak bacaan, dalam amalan sunah, dalam bermasyarakat, dalam…banyak hal yang menjadi muwashofat kader menuju profil idaman 2009.

Ustadz yang disayangi Allah…
Kedepan, kita pasti membutuhkan energi lebih besar untuk memikul beban dakwah yang berat ini. Kesolidan tandzim dan kekuatan maknawiyah kader sudah menjadi keharusan. Selain itu Ustadz, kebijakan, sifat kebapak-an dan qudwah dari para asatidz, murobi dan pengambil keputusan di level atas agar tetap terjaga. Termasuk kearifan memberlakukan iqob bagi para kader yang melanggar. Tentu saja iqob itu perlu diberlakukan, sebagai bagian proses tarbiyah itu sendiri. Tapi kesalahan juga adalah sifat manusiawi khan ustadz?Artinya bisa menimpa siapa saja. Termasuk para kader bahkan kader inti sekalipun. Sungguh, nasihat2 sejuk dari ustadz sangat mempengaruhi kader2 yang khilaf, lupa, bersalah atau bahkan memusuhi. Semoga dengan begitu, mereka akan kembali ke habitat tarbiyah yang berkah ini.

Ustadz…, semoga ini bisa mengurangi kerinduan ana. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan kekuatan untuk Ustadz dan para asatidzyang lain dalam menjaga dakwah negri ini. Sehingga tidak ada yang tegak kecuali kalimat al-Haq, tidak ada yang tinggi kecuali panji Ilahi, dan tidak ada yang menang kecualai para pendukung kebenaran. Hingga tidak ada lagi fitnah, dan Ad-din ini hanya bagi Allah saja. Hingga terwujudlah keadilan dan kesejahteraan di bumi pertiwi ini. Aamin ya mujibas saili.

Thursday, March 09, 2006


Konser 1 jam bersama IZZIS
Ahad, 12 Maret 2005
Islamic Book Fair Istora Senayan
GRATIS!!!

Kenalin nih, nasyid haroki…
Izzis (Negri yang terluka)

….
Ayolah kawan bina tali ukhuwah
Tegakkan bersama cahya Al-qur’an
Jangan hanya dengan keluh dan kesah
Sambutlah syahid tujuan…
….

Subhanallah…syair nasyid diatas begitu kuat membahana pada pengeras suara di sebuah Perusahaan pada saat waktu kerja telah usai, sebagai pengantar pulang karyawan2 yang telah menyelesaikan pekerjaannya untuk pulang. Ga nyangka...soalnya jarang banget…apalagi itu perusahaan yang karyawannya heterogen. Entah itu untuk yang pertama atau memang sering diputar sebelumnya disana. Aura semangat dakwah menjadi begitu terasa kehangatannya disana. Boleh juga, ya…paling tidak untuk mereka2 yang belum pernah mendengar jenis nasyid ini, menjadi tau dan tidak asing lagi dengan lantunan jenis nasyid haroki.

Pengennya sih bukan hanya diperusahaan itu aja, tapi diperusahaan lainnya juga. Atau mungkin ditempat umum lainnya seperti rumah sakit, pasar, bahkan mal2 besar. Seraya berkata…Kenalin nih, nasyid haroki…Oooooooooye!!!

Pesanan pertama MILIcake’s

Ada kabar terbaru nih, dari mili cake’s. Alhamdulillah MILIcake’s berlanjut, bukan hanya sekedar rencana semata. Tempo hari kami mendapatkan pesanan, dari dosenku untuk rapat dikantornya dan dari temanku untuk seminar dikampus. Wah…senangnya…jadi semangat lagi deh…^-^

Sebenarnya Milicake’s sempat tertidur, dapat dikatakan tidak diketahui kepastiannya. Hal ini dikarenakan kesibukan masing2 personilnya. Komitmen dan profesionalitasnya masih kurang. Pengennya sih diseriusin nanti, klo qt2 dah pada lulus kuliah gitu.Tapi yang namanya nawarin ga kenal kesibukan toh. Khan cuman nawarin, sambil berlalu ajah juga bisa.Itulah…karena iseng2 nawarin. Eh, malah ditanggapin serius. Jadilah…qt kelabakan.

Nekat itu perlu, tapi lebih perlu lagi kalo nekat yang sudah terencana dengan matang. Setiap pengalaman adalah pelajaran. Pesanan pertama kue itu adalah pengalaman dan pelajaran yang sangat berarti untuk kami. Dengan begitu…semoga bisa lebih baik untuk menangani pesanan kue yang berikutnya. Jaminannya nama baik nih…gawat!!!

Aq sedang jatuh cinta…

Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Setiap detik, menit dan hari berganti hari terbayang-bayang selalu. Hati menjadi gelisah, jantung berdetak lebih kencang, gerasak-gerusuk tak karuan, dan selalu ada saja yang harus dikorbankan.

Tanda-tanda itu sedang aq alami saat ini, pengen banget semuanya cepat berlalu. Teman-temanku sudah pada beranjak duluan, walaupun banyak juga yang masih didalam kekalutan yang sama. Iya, aq sedang jatuh cinta. Jatuh cinta sama skripsi. Sejak pertengahan februari perasaan itu terus membuncah, karena udah semakin deket batas waktunya dibulan maret ini.

Ternyata memang benar, skripsi itu ga gampangan. Aq terlalu menyepelekan sekian lama. Padahal judul yang aq ajukan telah disetujui dari bulan oktober. Bayangin coba, selama 4 bulan dianggurin begitu aja. Aturan klo intensif dikerjain dari dulu, mungkin sekarang udah selesai kale. Biasa…penyesalan mana ada diawal, adanya selalu belakangan.

Idealisme sampai2 tergadaikan. Klo ga gitu, ga bakalan selesai2. Otakku yang pas2an ga bisa mempertahankan idealismeku untuk ini. Paling tidak, jangan sampe menggadaikan prinsip. Harus dipertahankan walaupun sesusah dan senangis darah sekalipun. Mudah2an bisa…

Mungkin wisuda maret ini terlewatkan, yah…mo bagaimana lagi. Sekarang tinggal memanage diri dan waktu lebih baik lagi. Supaya prioritas yang seharusnya diutamakan tidak terlupakan dengan yang lain.

Oya, diatas tanda2 orang jatuh cinta bukan sih. Ga nyambung sama bahasannya. Tapi sekarang aq berasanya kayak gitu. Katanya klo begitu tanda2 orang lagi jatuh cinta. Heh, cinta yang aneh…

Waria kepingin pake jilbab ???

Suatu hari, ada seorang waria ngamen diAlif. Setelah transaksi ngamen-mengamen selesai, waria itu langsung bertanya ”mbak, saya klo pake jilbab pantes ga ya?”, kontan saya kaget, kok waria itu menanyakan pake jilbab ke saya? Oh…mungkin karena saya pake jilbab. Waria itu melanjutkan bertanya,“ Saya pengen banget deh mbak, pake jilbab. Tapi kata temen-temen saya ga pantes. Menurut mbak saya pantes ga pake jilbab?” Waduh, pertanyaannya susah banget. Didalam Islam jilbab memang kewajiban yang harus dijalankan setiap muslimah. Tapi dia khan…Aq ga bisa berkata apa2 dan tidak pula menjawab pertanyaannya. Tapi untungnya temen saya langsung menimpali pertanyaan waria itu dengan jawaban “pantes kok mbak, dimana-mana klo perempuan itu pantes aja pake jilbab. Malah akan tambah cantik dan bla…bla…bla…”. Aq ga bisa mengiyakan ataupun membantahnya, yang bisa aq lakukan hanyalah senyum…Untunglah waria itu puas dengan jawaban temanku, kemudian mengucapkan “terima kasih” dan berlalu.

Kalo dipikir-pikir, waria aja pengen pake jilbab, lha kok wanita beneran disuruh berpakaian sopan aja susah?!?! yah...itulah dunia…

Pro RUU Menentang Aksi Pornografi dan Pornoaksi

Kenapa sih mereka2 masih seperti itu…menentang rancangan UU yang sudah sangat2 jelas kemaslahatannya. Baik itu untuk wanita maupun prianya. Wanita2 akan menjadi lebih terjaga kehormatannya dan pria2 menjadi lebih terjaga pandangannya. Bukannya mengkriminalkan wanita…

Dampak kelanjutan pornoaksi dan pornografi sangat parah. Waduh, klo disebutin satu2 ga bakalan cukup seblog ini kale. Saking banyaknya. Dampak yang satu akan merembet ke yang lain, dan begitu seterusnya. Bisa2 ngerusak se-Indonesia.

Gerah mendengar opini negatif mereka. Sewot malah. Berbagai alasan mereka utarakan. Mulai dari pergeseran budaya, iklim yang panas, menentang HAM, membatasi kreatifitas, memecah belah persatuan bangsa, draft RUU yang ga jelas, dan masih banyak lagi. Mereka hanya memutarbalikkan fakta. Dan yang lebih lucu lagi mereka mengatakan, yang mendukunglah yang memiliki pandangan sempit dan porno. Lho kok bisa…bukannya terbalik???

Anggaran sudah dikeluarkan banyak oleh pemerintah untuk meggodok RUU ini. Akan jadi mubazir kalo hanya sekedar wacana. Memang ini tugas berat. Tapi mungkin inilah pembuktian keimanan tertinggi dari Bapak-ibu diDPR yang diberikan amanah kekuasaan.

Malaysia aja bisa mengatur tampilan para pelakon dan penampil2nya, kenapa indonesia tidak.

Untuk mereka2 yang masih menentang, tanyakanlah dengan hati nurani…karena disanalah akan kalian temukan jawaban yang sebenarnya.

APAKAH BENAR ENGKAU PEJUANG…???

Engkau ingin berjuang…tapi tidak mampu menerima ujian
Engkau ingin berjuang…tapi rosak oleh pujian
Engkau ingin berjuang…tapi tidak sepenuhnya menerima pimpinan

Engkau ingin berjuang…tapi tidak begitu setia kawan
Engkau ingin berjuang…tapi tidak sanggup berkorban
Engkau ingin berjuang…tapi ingin jadi pemimpin
Engkau ingin berjuang…menjadi pengikut agak segan

Engkau ingin berjuang tolak angsur tidak engkau amalkan
Engkau ingin tapi tidak sanggup t’rima cabaran
Engkau ingin berjuang kesehatan dan kerehatan tidak sanggup engkau korbankan

Engkau ingin berjuang…masa tidak sanggup engkau luangkan
Engkau ingin berjuang…karena istri tidak kau tahan
Engkau ingin berjuang…rumah tangga ditampuhkan
Engkau ingin berjuang…diri engkau tidak…engkau tingkatkan

Engkau ingin berjuang…disiplin diri engkau abaikan
Engkau ingin berjuang…janji kurang engkau tunaikan
Engkau ingin berjuang…kasih sayang engkau cuekkan
Engkau ingin berjuang…tetamu engkau abaikan

Engkau ingin berjuang…anak istri engkau lupakan
Engkau ingin berjuang…ilmu berjuang engkau tinggalkan
Engkau ingin berjuang…kekasaran dan kekerasan engkau amalkan

Engkau ingin berjuang…pandangan engkau tidak diseleraskan
Engkau ingin berjuang…rasa ber-Tuhan engkau abaikan
Engkau ingin berjuang…iman dan taqwa engkau lupakan

Yang sebenarnya...apa yang engkau hendak perjuangkan???

Dalem banget…
Sebuah syair nasyeed persembahan Qathrunada dengan alunan irama sederhana namun sarat akan makna. Menghentakkan agar bergegas membenahi diri untuk segera berjuang. Berjuang untuk diri, keluarga, dan agama. Mungkin untuk diri dan keluarga sudah tidak diragukan lagi…apapun segala daya upaya telah diperjuangkan. tapi bagaimana dengan perjuangan qt dalam memenuhi hak2 orang lain yang terlupakan dan terabaikan…agar mereka lebih tau, lebih sadar, dan bisa lebih dekat. Seperti yang telah diperjuangkan Rasulullah dan mereka2 untuk qt…Meneruskan estafet perjuangan dan jangan pernah terhenti…Allahu Akbar!!!