Saturday, September 23, 2006

MATI LO !!!

Kira-kira 10 tahun lalu, Saat olympiade Atlanta...

Gegap gempita Olympiade Atlanta 1996 terjadi disalah satu negara bagian gembongnya teroris, AS. Indonesia turut berpartisipasi dalam pertandiangan olahraga bergengsi tingkat dunia itu dengan mengandalkan bulutangkis sebagai satu2nya cabang olahraga yang dipercayakan akan mendulang medali. Dan Alhamdulillah prestasi itu dapat diraih oleh pasangan ganda putra ricky subagdja dan Rexy mainaky. Satu Medali emas untuk Indonesia.

Permainan bulutangkis yang berasal dari negaranya Pangeran William, masih sangat berjaya pada saat itu. Utusan dari Indonesia sering menjadi juara, karena pemain tingkat dunia masih didominasi oleh pemain asia, yaitu korea selatan, china, malaysia dan pastinya indonesia. Oleh karenanya Indonesia masih mempunyai banyak kesempatan untuk menjadi juara. Berbeda dengan sekarang, para pesaing sudah semakin banyak bermunculan dari berbagai negara dibenua eropa dan amerika.

Kejayaannya sangat berdampak bagi “kegilaan” masyarakat di Indonesia. Hampir setiap saat kita selalu menemukan orang2 yang sedang bermain bulu tangkis. Permainan ini tidak termasuk dalam kategori mahal, karena hanya membutuhkan raket seadanya, settle kok seadanya, dan tempat bermain seadanya pula. Seperti masyarakat pada umumnya, aqpun ikut kecanduan. Layaknya atlet PBSI latihan, Siang malam tak menjadi penghalang untuk bermain melawan siapa saja, termasuk Adi Yoansyah, anak tetangga depan rumahku.

Ditengah gelapnya malam dan angin yang berhembus kencang, tak menggoyahkan tekad kami untuk bermain. Kamipun bermain ditengah jalan yang banyak dilalui pengguna jalan. Karenanya beberapa kali kami harus menghentikan permainan jika ada kendaraan yang akan melintas. Sangat mengganggu memang. Hal itu terpaksa kami lakukan karena didaerah kami tidak ada fasilitas tempat yang memadai untuk bermain. Tapi untuk masalah perlengkapan bermain kami tidak mau kalah, kami tetap berusaha agar permainan kali ini tetap memenuhi standarisasi pertandingan profesional tingkat dunia, dengan menggunakan raket yang sudah pada putus tali senarnya dan kok yang sudah rontok sebagian bulunya. :D

Pertandingan terjadi begitu sengit. Setidaknya menurutku. Tembakan smash bak peluru yang selalu didatangkan bertubi-tubi demi memenangkan tiap sesi pertandingan.
“Mati Lo !”
“Elo yang Mati !”
“Elo !”
“Elo Mati !”
“Elo yang Mati !”
Begitulah, berkali2 kami saling bersahutan dengan kata2 “pujangga” itu tanpa menghiraukan orang2 yang melintas.

Cieeeeeeeeet. Seorang bapak mendadak menghentikan sepedanya diantara kami. Permainanpun kami hentikan. Dengan tatapan tajam, matanya melotot menukik kearah kami. Kami diam terpaku dan saling menatap satu sama lain, tanpa berani menatap wajah bapak itu kembali. Merasa bersalah dan takut. Agak lama, suasana hening menegangkan itu terjadi. Tapi akhirnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, bapak itu berlalu mengayunkan sepedanya meninggalkan kami.

Sosok bapak itu sudah tidak terlihat lagi, menghilang disudut gelapnya malam. Lega sekali rasanya. Kami kembali saling menatap, dan… hahahahahaha tawa kami meluap-luap, cekikikan, membayangkan kembali ekspresi bapak tadi. Kenapa diantara beberapa orang yang melintas, hanya bapak itu saja yang begitu ya? Mungkin…

Setelah kejadian itu, bukannya kapok untuk tidak bersahutan menggunakan kata2 “pujangga” itu lagi, justru kami saling balas menyahut dengan semakin keras. Menanti-nanti ekspresi kemarahan dan tatapan tajam dari orang2 yang melintas berikutnya.

/* Cerita jadul saat masih error. Sekarang??? TEEETEEEP :D */

0 Comments:

Post a Comment

<< Home